Zona Remaja: JANGAN GALI KUBUR SENDIRI Di Bumi……..!

Rabu, 08 Juni 2011

0

JANGAN GALI KUBUR SENDIRI Di Bumi……..!

 
Megapa di tanahku terjadi becana?
Mungkin tuhan mulai bosan melihat tingkah kita,
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai egngan bersahabat dengan kita
Coba kita Tanya pada rumput yang bergoyang…….
(Ebiet)

Pada peringatan hari bumi yang biasanya dirayakan pada tanggal 22 april, manusia dimohon untuk merenungkan kembali eksistensinya di atas bumi yang mereka pijaki yang mereka ambil manfaatnya untuk kelangsungan hidup. Memang bumi diciptakan tuhan untuk dikelola dan diambil manfaatnya bagi manusia, namun apakah kemudian dengan begitu manusia merasa paling berhak untuk menikmati bumi. Lantas bagaimana tanggung jawab mereka terhadap sesama makhluk ciptaan tuhan. Dan yang terpenting lagi laporan seperti apa nanti yang mesti dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan sang pencipta alam semesta beserta isinya?
            Untuk merenungkan keberadaan bumi, maka pertama kali yang mesti kita sadari adalah bahwa bumi bukanlah benda mati. Lantaran dari tubuhnya telah lahir berbagai macam hewan dan tumbuhan. Hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup, sedang telah kita ketahui  bahwa tiap makhluk yang hidup berasal dari yang hidup.
            Manusia sesungguhnya merupakan bagian dari segala hal yang ada dalam lingkungan hidup. Antara manusia dengan segala zat, unsur dan keadaan yang ada dalam lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, sehingga membentuk ekosistem. Namun keberadaan manusia kian hari kian bertambah banyak dan padat, sementara daya dukung alam mengalami penyempitan. Kenyataan inilah yang membuat keseimbangan ekosistem mengalami gangguan, jadi dengan itu keseimbangan sosial dan kultural goyah, maka muncullah problem sumber daya alam dan energi, problem ekonomi, teknologi, maupun tata lingkungan. Problem-problem ini kian hari bukan kian teratasi, melainkan menjadi krisis yang menghantui hidup manusia, padahal tidak ada manusia lain yang mampu memperbaiki kondisi bumi dan manusia, selain manusia itu sendiri, akhirnya tidak salah jika harapan satu-satunya untuk ini adalah manusia.
            Manusialah satu-satunya makhluk ciptaan tuhan yang mendapat kehormatan kesempurnaan. Disamping manusia memilki indra fisik seperti mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, manusia juga memiliki indra ruh, yakni indra ketuhanan, indra keakuan, indra sosial, indra budi, indra intelek, dan indra seni. Keadaan indra terakhir ini tidak dapat diraba atau dilihat, tetapi manusia memiliki kemampuan untuk merasakannya. Dan indra inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
            Rupanya, kian maju peradaban dunia telah membuat manusia melebihkan indra fisik daripada indra rohani. Kalaupun indra rohani ini diasah, maka pemanfaatannya lebih banyak digunakan untuk kepentingan pribadi, golongan, maupun identitas kebangsaannya. Lihatlah kemudian industri-industri yang dibangun oleh manusia bukanlah lebih banyak dimanfaatkan untuk membangun bumi untuk tempat pijakya, melainkan untuk memenuhi nafsu perut, status dan mulut yang menjadi inti dari indra fisik manusia. dan kecerdasan yang mengasah keenam indra rohani, bukan kemudian dimanfaatkan untuk membangun kebesaran rohani yang menjadi alam vital daya hidup manusia, melainkan untuk memegahkan kemauan fisik, dan meracuni indra rohani nan suci yang ada pada mereka. Semakin cerdas manusia, semakin cadas ia dalam memusnahkkan alam semesta.
            Kecerdasan manusia untuk memusnahkan alam semesta ini bisa kita lihat, betapa di sekeliling kita seakan-akan tidak pernah henti usaha yang dibuat manusia untuk mencelakakan bumi. Rasanya tidak secuilpun disisakan manusia untuk memberikan makan bagi bumi, ia terus menguras dan mengoyak bumi dengan polusi. Sepanjang akibat yang membahayakan belum muncul secara nyata dan serius, semua orang memang tak akan terlalu peduli. tetapi ketika kini manusia mulai menyadari kondisinya, ia kalangkabut ketakutan dengan apa yang telah diperbuatnya bahwa selama ini ia telah menggali kuburnya sendiri di bumi yang panas dan dendam dengan “kejahatan” manusia yang telah diperbuat kepadanya.
            Secara jujur kita semua harus mengakui, bahwa hidup kita sangat bergantung kepada kelestarian dan kesegaran bumi. Namun lebih dari itu semua, sesungguhnya ada yang sangat fundamental yang mesti mendapat perawatan serius, yakni indra rohani, yang di dalamnya etos etika dan moralitas bersumber. Kita juga telah mafhum, bahwa kemajuan bangsa yang diperoleh dari hasil-hasil pembangunan, di satu pihak telah mampu mengeluarkan masyarakat Indonesia dari jurang ketertinggalan dan kebodohan, namun dipihak lain, dengan kemajuan pemikiran beserta orientasinya itu, bagian paling fundamental dari diri perlahan-lahan kita abaikan. Merebaknya tindak kriminalitas, korupsi, manipulasi, kolusi yang semakin menjadi-jadi adalah contoh konkrit yang paling memalukan bangsa Indonesia di kancah internasional.
            Untuk itu yang terpenting dan mesti dilakukan  oleh bangsa-bangsa dan manusia di bumi ini khususnya sumenep adalah saling bergandeng tangan dengan berlandaskan  kejujuran dan keadilan untuk sama-sama merealisasikan komitmen yang telah disumpahkan bersama bahwa masa depan planet bumi berada di tangan kita semua. Sekecil apapun tidakan yang kita lakukan, namun kalau dikerjakan dengan banyak orang dan dalam jangka waktu yang lama, maka hasilnya akan menjadi luar biasa, bayangkan kalau kita membiasakan menanam pohon satu minggu 1 pohon saja, maka berapa jumlah pohon yang bakal tumbuh? Dan dengan momentum peringatan hari bumi kali ini, orientasi pembangunan yang sedang dan akan terus kita laksanakan, pertama-tama harus ditujukan untuk kemakmuran bumi, yang dengan begitu akan terwujud keselarasan antara manusia dengan alam lingkungannya, keharmonisan antara sesama manusia berdasarkan visi humanistik. Dan terakhir, semua dialektika kehidupan itu mesti dipahami sebagai implementasi kewajiban manusia sebagai wakil Tuhan di bumi untuk mewujudkan kesejahteraan alam semesta.

0 komentar:

Posting Komentar